Rabu, Juni 09, 2010

jika ini dikatakan puisi, maka ini tentang cinta orang KIRI




maaf sayang...
jika yang dapat ku berikan hanya segelas kopi yang hitam.
egoisnya aku menghisap batangan tembakau bersamamu.
dan obrolan kita pun bukan membahas masa depan kita.
rumah mungil dengan pekarangan yang penuh bunga-bunga,
dekorasi ruang tamu, ruang keluarga, meja makan, atau kamar tidur kita.

maaf sayang...
jika yang dapat ku berikan saat ini hanya ini.
egoisnya aku masih dengan batangan tembakau bersamamu.
tampaknya kau bosan dengan obrolanku.
saat kau bicara butik warisan ibumu, aku bicara marx.
saat kau bicara betapa nasionalisnya bapakmu, aku bicara anarchy.
saat kau bicara pendidikan tinggi kakakmu, aku bicara komunis.
atau saat kau puji religiusnya adikmu, aku paparkan padamu konsep atheis.

maaf sayang...
tapi sungguh aku cinta kau.
secinta gie pada sunarti, secinta Qais pada laela, atau secinta tuan crab pada uang.
hanya saja entah bagaimana cara untuk sampaikan cintaku.
jika idealnya aku adalah seorang marxis, anarchy, komunis, dan orang-orang mengatakan aku atheis.
aku bukan eksekutif muda impian ibumu, bukan nasionalis seperti bapakmu,
tidak berpendidikan setinggi kakakmu, dan tidak sereligius adikmu.

untuk terakhir kalinya, maaf sayang...
kali ini aku hanya kesepian dengan hidupku.
tapi aku hanya mohon padamu,
habiskan saja kopi itu perlahan, perlahan saja.
bicaralah sesukamu,
caci-makilah sesukamu
agar aku semakin yakin aku harus memperjuangkanmu.
agar kau semakin yakin aku terus memperjuangkanmu.
untuk menjadikanmu mengerti marx, komunis, anarchy, dan atheis tidak seperti yang bangku sekolah ajarkan padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar