Kamis, Juni 03, 2010

aku selalu akan bernyawa.

aku bosan sebenarnya...tapi kau hidupkan lagi jiwa dengan mematikan satu hal.
walau inilah yang seharusnya ada dalam jiwaku. ketika satu sekarat,
satu titik mulai bangkit untuk hal yang lain.

(the unspoken name)
kini ku akui aku jatuh, jatuh merangkak untuk kau dapat berikan sedikit tatapmu
untuk sejenak pandang aku yang berdiri di bawah mentari yang lama aku akrabi.
jika itu terlalu berlebihan bagimu, maka biarkanlah aku berdiri memaku hanya
untuk dapat pandangi rupamu dari jarak yang hanya aku yang tahu berapa jauhnya.
tak perlu kau berikan aku sebagian jiwamu, dengan hanya menatap kau berjalan tak
acuhkan aku pun itu sudah lebih dari cukup, lebih dari cukup untuk buat aku
sekarat untuk waktu yang tak aku ingin tahu.

radiasi matahari di tengah hari...
derita, bukan, bukan derita yang kurasakan ketika aku hanya dapat mengagumimu
dari tempat paling nyaman bagiku untuk memandangmu berlalu. hanya saja itu
adalah kumpulan dari penyesalan yang aku ciptakan ketika pertama kali aku
mengenalmu. semua itu tak terasa semakin menggunung dan tak kunjung meletus
walau aku telah berkali-kali mencoba letuskannya.

(the same episode of the drama...)
mengapa dapat kembali aku lihat dunia dari mataku yang telah akan menyerah untuk taklukannya.
saat ia berjalan tanpa tahu jika aku memaku diri pandangi ia berjalan.
matahari, bulan, dan kerikil jalanan temani aku disini.

(the saddest scene of the drama...)
satu, dua, dan tiga terus berlalu bersama jeratan kedustaan yang aku kreasikan seindah mungkin untukmu.
seperti saat ini, ketika jari-jari tanganku lelah mengukir waktu.
seperti saat ini, ketika mata ini lelah memandangmu.
aku akan berlalu dari jalan yang akan kau lalui
aku akan menjauh dari jalur yang ku buka untuk menggapaimu.
aku akan diam melagukan rupamu dalam keheningan hitamku.
satu, dua, dan tiga kini menjadikan suara-suara dalam kepalaku diam.
angin dingin mulai memaku aku dalam gelap kesendirian.
kini hitam kembali memayungi jalan hidupku.
menyapu merah, menghempas biru, menodai putih.
hanya karena beberapa detik mengagumi indah gerakmu.

(the page that never read)
terlalu akrab aku dengan kesunyian. membelai malam dengan dentuman meriam.
mengoyak ruang jiwa yang tetap terdiam tak bicara.
Sepi memasuki ruang sempit di sela paksaan senyum
untuk senyuman palsu untuk kalian
untuk tawa palsu untuk kalia
untuk keheningan yang selimuti tidur resahku.
Oktober,
I can't run anymore,
I fall before you,
Here I am,
I have nothing left,
Though I've tried to forget,
You're all that I am,
Take me home,
I'm through fighting it,
Broken,
Lifeless,
I give up,
You're my only strength,
Without you,
I can't go on,
Anymore,
Ever again.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar